Senin, 15 Agustus 2011

Membaca Al-Qur'anul Karim di Bulan Ramadhan dan lainnya


Segala puji bagi Allah, yang telah menurunkan kepada hamba-Nya kitab Al-Qur'an sebagai penjelasan atas segala sesuatu, petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang muslim. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada hamba dan rasul-Nya Muhammad, yang diutus Allah sebagai rahmat bagi alam semesta.

Adalah ditekankan bagi seorang muslim yang mengharap rahmat Allah dan takut akan siksa-Nya untuk memperbanyak membaca Al-Qur'anul Karim pada bulan Ramadhan dan buian-bulan lainnya untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala, mengharap ridha-Nya, memperoleh keutamaan dan pahala-Nya. Karena Al-Qur'anul Karim adalah sebaik-baik kitab, yang diturunkan kepada Rasul termulia, untuk umat terbaik yang pernah dilahirkan kepada umat manusia; dengan syari'at yang paling utama, paling mudah, paling luhur dan paling sempurna.



Al-Qur'an diturunkan untuk dibaca oleh setiap orang muslim, direnungkan dan dipahami makna, perintah dan larangannya, kemudian diamalkan. Sehingga ia akan menjadi hujjah baginya di hadapan Tuhannya dan pemberi syafa'at baginya pada hari Kiamat.

Allah telah menjamin bagi siapa yang membaca Al-Qur'an dan mengamalkan isi kandungannya tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akhirat, dengan firmanNya " Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. " (Thaha:123),

Janganlah seorang muslim memalingkan diri dari membaca kitab Allah, merenungkan dan mengamalkan isi kandungannya. Allah telah mengancam orang-orang yang memalingkan diri darinya dengan firman-Nya :

"Barangsiapa berpaling dari Al-Qur'an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari Kiamat. " (Thaha : 100),

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta. " (Thaha: 124),


Di antara keutamaan Al-Qur'an :

1. Firman Allah Ta 'ala :

"Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. " (An-Nahl: 89),

2. Firman Allah Ta'ala .

.. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. " (Al-Ma'idah: 15-16).

3. Firman Allah Ta 'ala :

"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi ouang-orang yang beriman. " (Yunus: 57).

4. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :

"Bacalah Al-Qur'an, karena ia akan datang pada hari Kiamat sebagai pemberi syafa 'at bagi pembacanya. " (HR. Muslim dari Abu Umamah).

5. Dari An-Nawwas bin Sam'an radhiallahu 'anhu, katanya : Aku mendengar Rasul shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

"Didatangkan pada hari KiamatAl-Qur'an dan para pembacanya yang mereka itu dahulu mengamalkannya di dunia, dengan didahului oleh surat Al Baqarah dan Ali Imran yang membela pembaca kedua surat ini. " (HR, Muslim).

6. Dari Utsman bin Affan radhiallahu 'anhu, katanya: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya. " (HR. Al-Bukhar)

7. Dari Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu, katanya : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf; tetapi alif satu huruf; lam satu huruf dan mim satu huruf. " (HR. At-Tirmidzi, katanya: hadits hasan shahih).

8. Dari Abdullah bin Amr bin Al 'Ash radhiallahu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

"Dikatakan kepada pembaca Al-Qur'an: "Bacalah, naiklah dan bacalah dengan pelan sebagaimana yang telah kama lakukan di dunia, karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang kamu baca. "(HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dengan mengatakan: hadits hasan shahih).

9. Dari Aisyah radhiallahu 'anhu, katanya : Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Orang yang membaca Al-Qur'an dengan mahir adalah bersama para malaikat yang mulia lagi taat, sedangkan orang yang membaca Al-Quran dengan tergagap dan susah membacanya baginya dua pahala. " (Hadits Muttafaq 'Alaih).

Dua pahala, yakni pahala membaca dan pahala susah payahnya.

10. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

"Tidak boleh hasut kecuali dalam dua perkaua, yaitu: orang yang dikaruniai Allah Al-Qur'an lalu diamalkannya pada waktu malam dan siang, dan orang yang dikaruniai Allah harta lalu diinfakkannya pada waktu malam dan siang "(Hadits Muttafaq 'Alaih).

Yang dimaksud hasut di sini yaitu mengharapkan seperti apa yang dimiliki orang lain. ( Lihat kitab Riyadhus Shaalihiin, hlm. 467-469.

Maka bersungguh-sungguhlah -semoga Allah menunjuki Anda kepada jalan yang diridhaiNya untuk mempelajari Al-Qur'anul Karim dan membacanya dengan niat yang ikhlas untuk Allah Ta'ala. Bersungguh-sungguhlah untuk mempelajari maknanya dan mengamalkannya, agar mendapatkan apa yang dijanjikan Allah bagi para ahli Al-Qur'an berupa keutamaan yang besar, pahala yang banyak, derajat yang tinggi dan kenikmatan yang abadi. Para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dahulu jika mempelajari sepuluh ayat dari Al-Qur'an, mereka tidak melaluinya tanpa mempelajari makna dan cara pengamalannya.

Dan perlu Anda ketahui, bahwa membaca Al-Qur'an yang berguna bagi pembacanya, yaitu membaca disertai merenungkan dan memahami maknanya, perintah-perintahnya dan larangan-larangannya. Jika ia menjumpai ayat yang memerintahkan sesuatu maka ia pun mematuhi dan menjalankannya, atau menjumpai ayat yang melarang sesuatu maka iapun meninggalkan dan menjauhinya. Jika ia menjumpai ayat rahmat, ia memohon dan mengharap kepada Allah rahmat-Nya; atau menjumpai ayat adzab, ia berlindung kepada

Allah dan takut akan siksa-Nya. Al-Qur'an itu menjadi hujjah bagi orang yang merenungkan dan mengamalkannya; sedangkan yang tidak mengamalkan dan memanfaatkannya maka Al-Qur'an itu menjadi hujjah terhadap dirinya (mencelakainya).

Firman Allah Ta 'ala :

"lni adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapatkan pelajaran." (Shad: 29).

Bulan Ramadhan memiliki kekhususan dengan Al-Qura'nul Karim, sebagaimana firman Allah: "Bulan Ramadhan, yang di dalamnya diturunkan permulaan Al-Qur'an ... "(Al-Baqarah: 185).

Dan dalam hadits shahih dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertemu dengan Jibril pada bulan Ramadhan setiap malam untuk membacakan kepadanya Al-Qur'anul Karim.

Hal itu menunjukkan dianjurkannya mempelajari Al-Qur'an pada bulan Ramadhan dan berkumpul untuk itu, juga membacakan Al-Qur'an kepada orang yang lebih hafal. Dan juga menunjukkan dianjurkannya memperbanyak bacaan Al-Qur'an pada bulan Ramadhan.

Tentang keutamaan berkumpul di masjid-masjid untuk mempelajari Al-Qur'anul Karim, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

"Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah seraya membaca kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali turunlah ketenangan atas mereka, serta mereka diliputi rahmat, dikerumuni para malaikat dan disebut-sebut oleh Allah kepada para malaikat di hadapan-Nya. " (HR. Muslim).

Ada dua cara untuk mempelajari Al-Qur'anul Karim:

1. Membaca ayat yang dibaca sahabat Anda.

2. Membaca ayat sesudahnya. Namun cara pertama lebih baik.

Dalam hadits Ibnu Abbas di atas disebutkan pula mudarasah antara Nabi dan Jibril terjadi pada malam hari. Ini menunjukkan dianjurkannya banyak-banyak membaca Al-Qur'an di bulan Ramadhan pada malam hari, karena malam merupakan waktu berhentinya segala kesibukan, kembali terkumpulnya semangat dan bertemunya hati dan lisan untuk merenungkan. Seperti dinyatakan dalam firman Allah :

"Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu '), dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. "(Al-Muzzammil: 6).

Disunatkan membaca Al-Qur'an dalam kondisi sesempurna mungkin, yakni dengan bersuci, menghadap kiblat, mencari waktu-waktu yang paling utama seperti malam, setelah maghrib dan setelah fajar.

Boleh membaca sambil berdiri, duduk, tidur, berjalan dan menaiki kendaraan. Berdasarkan firman Allah :

"(Yaitu) orang-orang yang dzikir kedada Allah sambil berdiri, atau duduk, atau dalam keadaan berbaring... "(A1'Imran: 191).

Sedangkan Al-Qur'anul Karim merupakan dzikir yang paling agung.

Selengkapnya...

Kamis, 04 Agustus 2011

Ramadhan:Sang Tamu Agung



Allah telah memilih bulan Ramadhan bagi ummat Islam
sebagai satu bulan yang penuh berkah dan mulia
(Dr. Yusuf al-Qaradhawi)

Kedatangan seorang tamu bagi seseorang, apalagi tamu yang membawa segala yang diharapkan pastilah orang itu akan merasa riang dan gembira. Kenapa? Setidaknya, sang tamu dapat memenuhi harapan kita sebagai tuan rumah. Bagi orang yang sudah memiliki keluarga dan anak-anak, kehadiran tamu merupakan hal yang sangat menyenangkan, apalagi sang tamu sudah lama dinanti dan diidam-idamkan dalam waktu yang begitu lama. Belum lagi bila sang tamu tergolong the have. Bukan tidak mustahil sang tamu dapat membantu meringankan beban materil tuan rumah. Begitu pula kiranya –hemat penulis—dengan bulan Ramadhan. Bulan yang mulia, penuh berkah, bertabur pahala dan lipatan ganjaran kebaikan merupakan Sang Tamu Agung yang harus kita sambut dengan senang dan gembira.



Ramadhan adalah tamu yang banyak membawa keberkahan, nikmat, curahan pahala dan berbagai kebaikan. Sangat naïf sekali jika seorang Muslim tidak sadar akan kehadiran Sang Tamu Agung ini. Apalagi kalau sampai lalai dan baru sadar ketika sang tamu sudah akan pergi meninggalkan sang tuan rumah. Bukankah nabi saw. mengatakan bahwa jika seorang tamu datang berkunjung, ia membawa seribu berkah?

Ramadhan : Tamu yang penuh berkah

Allâh telah mewajibkan ibadah puasa kepada kita pada bulan Ramadhan. Tidak mungkin Allâh mewajibkannya pada bulan tersebut, kecuali mengandung rahasia-rahasia yang luar biasa, hikmah yang tinggi, ada yang sudah kita ketahui dan ada yang belum kita ketahui yang sebagian dari hikmah dan rahasia tersebut telah diketahui oleh para ilmuwan sejalan dengan kemajuan zaman (Dr. Yusuf al-Qaradhawi, 1995: 288).

Ada sebagian orang yang merasa berat menjalankan perintah ibadah puasa. Padahal, sesungguhnya, perintah ibadah puasa –yang dari dimensi lahiriah adalah latihan dari menahan diri dari makan, minum dan berhubungan biologis—sama sekali bukanlah sebuah paksaan yang bertujuan untuk menyakiti atau menyengsarakan manusia. Di balik perintah puasa itu justru ada sebuah target, yakni proses penyehatan secara ruhaniah. Dan yang demikian itu sangat penting bagi kelangsungan manusia itu sendiri (Dr. Nurcholish Madjid, 2001: 58).

Diantara hikmah dari perintah menahan lapar, dahaga adalah untuk membersihkan (mensucikan) lambung dan mengolah (melatih) diri (al-nafs). Pembersihan lambung berdasrkan pada sebuah hadîts nabi saw.; Perut yang terlalu penuh dengan makanan adalah sumber penyakit, dan menolak makanan (puasa) adalah awal dari proses pengobatan. Jadi, puasa Ramadhân dapat membersihkan lambung dari sisa-sisa makanan yang dimasukkan ke dalamnya selama setahun.

Hujjatul Islam, Imam al-Gazhali berkata bahwa sesuatu yang paling berbahaya bagi anak Adam adalah syahwat perut. Karena syawat tersebut Adam dan Hawa' dikeluarkan dari sorga ke dalam alam yang penuh kehinaan dan kefakiran (dunia). Dan ternyata, perut merupakan gudang segala bentuk syahwat dan tempat bersemayamnya penyakit dan keburukan (bencana) (Muhammad 'Athiyah al-Abrasy, 2002: 102-103).

Menurut al-Qaradhawi juga, ternyata jenis penyakit memang banyak datang dari perut manusia yang mereka penuhi dengan berbagai jenis makanan apa saja yang mereka senangi yang tidak pernah mereka beda-bedakan; apakah makanan tersebut baik atau tidak, halal atau haram; Tidak ada satu tempat pun yang dipenuhi oleh anak Adam yang lebih jelek dari perutnya….(HR. Al-Tirmidzi, dihasankan oleh Ibnu Mâjah dan Ibnu Hibban di dalam Shahihnya) [al-Qaradhâwi, Op.Cit., 290].

Oleh karenanya Nabi saw. menganjurkan umatnya agar memanage perutnya sedemikian rupa, agar tidak dipenuhi oleh makanan dan minuman saja. Namun, perutnya harus dibagi menjadi tiga segmen; satu bagian untuk makanan, satu bagian untuk minuman dan satu bagian lagi untuk dirinya (bekerja, bernafas, berkativitas dan beribadah kepada Allah Swt.).

Sebuah majalah menyebutkan bahwa tiga ratus orang telah terhindar dari penyakit diabetes alias kencing manis karena menjalani proses pengobatan dengan berpuasa. Maka, benarlah apa yang telah diproklamirkan oleh Rasulullâh saw. bahwa berpuasa dapat menyehatkan badan (Shumu Tashihhu; Puasalah niscaya kamu akan sehat (HR. al-Thabrani, Sanad para perawinya adalah tsiqat sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab "al-Targhib, karya al-Mundzirî)) [al-Qaradhawi, Ibid., 290].

Di samping itu, puasa juga merupakan sarana untuk memperindah dan menghidupkan hati alias qolbu kita. Karena hati, kata Rasulullah laksana tanaman, akan mati jika terlalu banyak disiram air. Maka jangan kalian hilangkan cahaya hati kalian dengan banyak makan, ujar beliau. Makanya, paramedic kontemporer mengobati penyakit lepra dengan menganjurkan berpuasa kepada pasien sebelum proses operasi dilaksanakan. Ternyata puasa itu merupakan olah-raga spiritual (spiritual sport) yang sangat efektif dan mudah untuk dikerjakan.

Selain dari segi medis, puasa sendiri mengandung banyak keutamaan-keutamaan (al-Fadha'il) yang Allah berikan dan tawarkan bagi siapa yang ingin meraihnya, diantaranya; Tadarrus al-Qur'an, Shalat Tarawih, Sedekah, I'tikaf dan sebagainya. Dan yang paling menggiurkan bahwa Ramadhan memiliki satu malam yang dirahasiakan oleh Allah kehadirannya, yaitu malam Lailatu-l-Qadr; malam seribu bulan.

Adalah hikmah Allah dalam setiap hitungan waktu memiliki nilai dan keistimewaan tersendiri. Dalam satu hari, ada jam istimewa yang diberikan oleh Allah, yaitu jam seperti tiga malam terakhir bagi siapa yang ingin mengerjakan shalat malam. Dalam satu minggu Allah memberikan satu hari istimewa, yaitu hari Jum'at. Dalam satu tahun Allah memberikan satu bulan istimewa –bagi umat Islam, yaitu bulan Ramadhan. Dan di dalam bulan tersebut Allah merahasiakan satu malam yang disebut dengan Lailatu-l-Qadr. Secara Matematis, seribu bulan diperkirakan sekitar 83 tahun.

Subhanallah, bayangkan saudaraku, umur kita saja jarang mencapai angka itu, tapi Allah memberikan nilai pahala sekitar 83 tahun bagi siapa yang menemui atau memperoleh malam yang penuh berkah tersebut. Malam tersebut adalah malam interaksi Allah dengan bumi, turunnya al-Qur'an ke dalam hati nabi-Nya, (QS. 97: 1-5) (Abdur Rahim Thalbah Ahmad: 150).

Ternyata Allah menganjurkan pada malam tersebut dan waktu-waktu istimewa lainnya, agar kita bersungguh-sungguh dalam mencapainya. Dalam bulan ini juga, segala bentuk kebaikan dilipatgandakan dari tujuh puluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat. Pahala amalan yang sunnah dinilai oleh Allah dengan penilaian ibadah wajib. Allahu Akbar!

Puasa dan Takwa

Target akhir dari ibadah puasa adalah mencapai derajat takwa (QS. 2: 183). Takwa adalah kesejajaran "iman" dan "tali hubungan dengan Allah –dengan kata lain merupakan dimensi vertikal hidup yang benar (Dr. Nurcholish Madjid, Op. Cit., 7).

Ayat 183 dari surat al-Baqarah menjelaskan kepada kita bahwa "takwa kepada Allah" merupakan langkah preventive untuk menghadapi segala macam ketimpangan dan ketidakbenaran langkah manusia dalam lingkungan yang kita sendiri adalah bagian dari lingkuangan tersebut. Bertakwallah kamu kepada Allah di mana pun kamu berada, dan ikutilah kejahatan itu dengan kebaikan niscaya akan menghapuskannya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang mulia (HR. Tirmidzi). Hadits tersebut menjelaskan lebih tegas bahwa takwa dan rasa takut kepada Allah merupakan the instrument of self control bagi setiap pribadi Muslim.

Ketika kita menjalankan puasa, di saat berwudhu sebenarnya kita bisa saja korupsi air wudhu; kita telan sedikit ketika kumur-kumur. Rasanya, orang yang berada di samping kita pun tidak akan tahu bahwa kita sedang "korupsi". Tapi kenapa tidak pernah kita lakukan? Karena kita merasa bahwa ada yang mengontrol kita; Allah yang Maha Tahu. Inilah sala satu value dari puasa tadi yang sangat urgen untuk dimiliki dan tidak kita dapatkan di dalam ritual ibadah lainnya. Karena ibadah puasa merupakan ibadah yang bersifat private; yang tidak dapat orang lain mengetahui dan menilainya. Puasa adalah urusan antara Allah dan si pelaku dan Allah sendiri yang bakal menilainya (HR. Ibnu Khuzaimah).

Sungguh Ramadhan merupakan tamu agung yang datang menemui kita umat Islâm. Tamu yang datang membawa limpahan pahala, penggandaan ganjaran, keutamaan-keutamaan ibadah dan sebagainya. Marilah kita sambut kehadirannya dengan hati yang bersih dan dada yang suci. Mudah-mudahan segala yang dibawanya kepada untuk kita benar-benar milik kita yang berguna dan memang kita butuhkan. Amîn!

Qosim Nursheha Dzulhadi*

Bahan bacaan:
-------------------
Dr. Nurcholish Madjid, 3o Sajian Ruhani; Renungan di Bulan Ramadhân (Bandung: Mizan, Cet. VII, 2001).
Dr. Yusuf al-Qaradhawi, Al-'Ibâdah Fî al-Islâm (Cairo: Maktabah Wahbah, Cet. XXIV, 1995).
Abdur Rahim Thalabah Ahmad, Syahr Ramadhan Fi Hayah al-Ummah (Cairo: Dar Shafwah, Tanpa tahun).
Muhammad 'Athiyah al-Abrasy, 'Azhamah al-Islam, (Cairo: Maktabah Usrah, 2002).

*Mahasiswa Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir di Universitas Al-Azhar, Cairo-Mesir.



myquran.com
Selengkapnya...

Rahasia Ibadah Puasa



Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al- Baqarah: 183)Puasa merupakan salah satu rukun Islam, dimana tidak sempurna keislaman seseorang apabila tidak melaksanakannya. Disamping itu, puasa juga merupakan salah satu ibadah yang paling mendalam bekasnya dalam jiwa seorang muslim. Pengalaman selama sebulan dengan pelbagai kegiatan seperti berbuka, sahur dan terawih berjamaah senantiasa akan membentuk kenangan dan akan merindukan kegiatan yang terdapat dibulan mulia tersebut ketika telah pergi meninggalkan kita.
Kini, bulan yang kita nantikan telah hadir bersama kita kembali begitu juga kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya. Namun sekarang ini yang paling terbaik buat kita di saat menemani bulan yang penuh berkah ini adalah merenungi apa rahasia dari Ibadah puasa yang ada di dalamnya. Puasa yang di wajibkan kepada kita di bulan ini memiliki beragam rahasia yang luar biasa.

Dr. Yusuf Al- Qardhawi di dalam bukunya Al – Islam Fi Al- ibadah menyinggung ada lima rahasia yang bisa kita petik dan rasakan dalam ibadah puasa yang di wajibkan kepada kita sehingga kelak akan merasakan betapa besarnya nikmat yang di berikan Allah Swt. kepada kita:

Menguatkan Jiwa

Hawa nafsu merupakan salah satu musuh manusia yang tidak berwujud tapi ada dan sangat berbahaya, tak sedikit manusia yang tertipu oleh bujukannya yang mengakibatkannya terjerumus kedalam lembah kemaksiatan. Karena itu, Allah swt menyuruh kita untuk memeranginya dengan artian mengarahkannya kearah yang baik. Jadi, bukanlah memerangi hawa nafsu itu mengakibatkan kita tidak mempunyai keinginan terhadap sesuatu yang bersifat duniawi. Jika di dalam memeranginya kita mengalami kekalahan maka malapetaka besar yang akan terjadi, kita akan terbujuk oleh rayuan dan bujukan yang akhirnya membawa kita kejalan yang sesat dan nista. Na’uzubillah.

Puasa merupakan salah satu langkah untuk mengandalikan diri kita dari bujukkan hawa nafsu, yang akhirnya akan membentuk jiwa kita menjadi manusia yang tangguh dan kuat serta mendapatkan kedudukan yang mulia di sisi Allah seperti layaknya para malaikat, dengan ibadah puasa pula manusia mampu mengetuk dan membuka pintu-pintu langit sehingga doanya dikabulkan Allah Swt. Sebagaimana sabda Rasullah Saw, Ada tiga tiga golongan yang doanya tidak ditolak Allah Swt: orang yang puasa hingga berbuka, pemimpin yang adil dan doa orang yang di zhalimi.

Mendidik Manusia

Puasa juga merupakan ibadah yang mendidik manusia untuk tetap kuat dalam mengerjakan kebaikan sekalipun di samping kanan dan kirinya terdapat banyak hal-hal yang dapat menjerumuskannya ke lembah kemaksiatan. Sangat tepat sekali apa yang dikatakan Rasullah Saw bahwa puasa itu setengah dari kesabaran. Disamping itu, puasa juga membentuk rohani muslim semakin prima yang akan membuatnya tidak akan lupa diri meskipum mencapai keberhasilan ataupun kenikmatan duniawi yang sangat besar, dan tidak mudah berputus asa meskipun penderitaan yang dialaminya sangat sulit.

Menyehatkan badan

Puasa disamping memberikan kesehatan dan kekuatan rohani juga mampu memberikan kesehatan jasmani juga. Hal ini telah disabdakan Rasulullah Saw dalam sebuah haditsnya bahwa puasa akan menyehatkan tubuh dan hal ini telah dibuktikan oleh para pakar kesehatan yang menyatakan bahwa perut harus diistirahatkan dari bekerja memproses makanan, karena perut ini mirip seperti mesin yang juga memerlukan istirahat. Selain itu didalam islam perut ini dibagi menjadi tiga bagian; sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk air dan sepertiga lagi untuk udara.

Mengenal nilai kenikmatan

Dalam hidup ini sebenarnya kita telah mendapatkan begitu banyak kenikmatan yang diberikan Allah, namun banyak pula manusia yang kurang mensyukurinya bahkan melupakan nikmat tersebut, diberi satu ingin dua, diberi dua ingin tiga dan seterusnya. Kalau kita mau menilik dan meneliti, kenikmatan yang diberikan Allah Swt kepada kita saat ini belum tentu dimiliki orang lain. Maka dengan puasa, manusia bukan saja disuruh memperhatikan dan merenungi kenikmatan yang diberikan Allah Swt kepadanya tapi disuruh juga untuk merasakan langsung betapa besarnya nikmat yang Allah Swt berikan kepadanya.

Hal ini dapat dirasakan setiap orang yang berpuasa, baru beberapa jam tidak makan dan minum sudah terasa penderitaan yang dialami dan pada saat berbuka puasa baru terasa sekali besarnya nikmat yang diberikan Allah Swt meskipun hanya sebiji kurma atau seteguk air. Disinilah letak penting ibadah puasa, guna mendidik kita untuk menyadari tingginya nilai kenikmatan yang diberikan Allah Swt dan menjadikan kita manusia yang pandai bersyukur sehingga tidak mengecilkan nikmat yang telah diberikan Allah Swt selama ini. Dan rasa syukur tersebut akan membuat nikmat itu bertambah banyak.

Mengingat dan merasakan penderitaan orang lain

Merasakan rasa lapar dan haus juga memberikan pengalaman kepada kita bagaimana beratnya penderitaan yang dirasakan orang lain. Karena pengalaman rasa lapar dan haus yang dirasakan ketika berpuasa akan berakhir ketika azan maghrib telah berkumandang, sementara penderitaan yang dirasakan orang lain entah kapan berakhirnya. Dari sini, semestinya puasa akan mampu menumbuhkan dan memantapkan rasa solidaritas kita kepada saudara-saudara kita yang mengalami penderitaan yang belum teratasi, seperti penderitaan saudara-saudara kita di Aceh, Maluku dan negara lain seperti Irak, Palestina dan lainnya.

Oleh karena itu, sebagai simbol dari rasa solidaritas itu marilah kita rajin bersedekah di bulan yang penuh berkah ini dan sebelum Ramadhan berakhir ingatlah kewajuban zakat kita. Sehingga ketika Ramadhan berakhir harta dan diri kita bersih dari dosa.

Marilah kita sambut Ramadhan ini dengan gembira layaknya seperti tamu lama yang kita nanti kehadirannya. Muliakanlah tamu agung ini yang hanya sebulan menemani kita sambil merasakan betapa indahnya ibadah dibulan yang penuh berkah, rahmah dan maghfiroh Allah. Selamat berpuasa! (Rahmat Hidayat Nasution*)

* Penulis adalah Alumnus Madrasah Aliyah Swasta Muallimin UNIVA, sekarang sedang melanjutkan studi di Universitas Al-Azhar Tk.II Fak. Syariah Islamiyah
 


myquran.com

Selengkapnya...

Rabu, 03 Agustus 2011

Apa Yang Menghalangimu Untuk Belum Berhijab Wahai Saudariku


Hijab adalah pakaian wanita muslim yang menutup bagian kepala sampai dengan kaki (termasuk didalamnya jilbab/tudung dan pakaian yang longgar tidak memperlihatkan lekuk tubuh). Bagi orang awam, masalah hijab mungkin dianggap masalah sederhana. Padahal sesungguhnya, ia adalah masalah besar. Karena ia adalah perintah Allah SWT yang tentu didalamnya mengandung hikmah yang banyak dan sangat besar. Ketika Allah SWT memerintahkan kita suatu perintah, Dia Maha Mengetahui bahwa perintah itu adalah untuk kebaikan kita dan salah satu sebab tercapainya kebahagiaan, kemuliaan dan keagungan wanita.


Seperti firman Allah SWT: "Hai Nabi, katakan kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin untuk mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu”.(QS. Al Ahzab:59)

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda: "Akan ada di akhir umatku kaum lelaki yang menunggang pelana seperti layaknya kaum lelaki, mereka turun di depan pintu masjid, wanita-wanita mereka berpakaian (tetapi) telanjang, diatas kepala mereka (terdapat suatu) seperti punuk onta yg lemah gemulai. Laknatlah mereka! Sesunggunya mereka adalah wanita -wanita terlaknat."(Diriwayatkan oleh Imam Ahmad(2/33))

Sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga pernah bersabda: “Dua kelompok termasuk penghuni Neraka, Aku (sendiri) belum pernah melihat mereka, yaitu seperti orang yg membawa cemeti seperti ekor sapi, dengannya mereka mencambuki manusia dan para wanita yg berpakaian (tetapi ) telanjang, bergoyang berlenggak lenggok, kepala mereka (ada suatu) seperti punuk unta yg bergoyang goyang. Mereka tentu tidak akan masuk Surga, bahkan tidak mendapat baunya. Dan sesungguhnya bau Surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian."(HR. Muslim, hadits no. 2128).

Dimasa kini banyak alasan atau sebab yang sering dijadikan alasan mengapa para wanita enggan untuk berhijab, diantaranya:

1. Belum mantap
Bila ukhti/saudari berdalih dengan syubhat ini hendaknya bisa membedakan antara dua hal. Yakni antara perintah Tuhan dengan perintah manusia. Selagi masih dalam perintah manusia, maka seseorang tidak bisa dipaksa untuk menerimanya. Tapi bila perintah itu dari Allah SWT tidak ada alasan bagi manusia untuk mengatakan saya belum mantap, karena bisa menyeret manusia pada bahaya besar yaitu keluar dari agama Allah SWT sebab dengan begitu ia tidak percaya dan meragukan kebenaran perintah tersebut.

Allah SWT berfirman Allah: "Dan tidak patut bagi lelaki mukmin dan wanita mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah SWT dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36)

2. Iman itu letaknya di hati bukan dalam penampilan luar
Para ukhti/saudari yang belum berhijab berusaha menafsirkan hadist, tetapi tidak sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasalam: “Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat pada bentuk-bentuk (lahiriah) dan harta kekayaanmu tapi Dia melihat pada hati dan amalmu sekalian.”(HR. Muslim, Hadist no. 2564 dari Abu Hurairah).

Tampaknya mereka menggugurkan makna sebenarnya yang dibelokkan pada kebathilan. Memang benar Iman itu letaknya dihati tapi Iman itu tidak sempurna bila dalam hati saja. Iman dalam hati semata tidak cukup menyelamatkan diri dari Neraka dan mendapat Surga. Karena definisi Iman Menurut jumhur ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah: "keyakinan dalam hati, pengucapan dengan lisan, dan pelaksanaan dengan anggota badan". Dan juga tercantum dalam Al-Quran setiap kali disebut kata Iman, selalu disertai dengan amal, seperti: "Orang yg beriman dan beramal shalih....". Karena amal selalu beriringan dengan iman, keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan.

3. Allah belum memberiku hidayah
Ukhti/saudari yang seperti ini terperosok dalam kekeliruan yang nyata. Karena bila orang yang menginginkan hidayah, serta menghendaki agar orang lain mendo'akan dirinya agar mendapatkannya, ia harus berusaha keras dengan sebab-sebab yang bisa mengantarkannya sehingga mendapatkan hidayah tersebut. Seperti firman Allah SWT: "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra'd: 11).

Karena itu wahai uhkti/saudari, berusahalah mendapatkan sebab-sebab hidayah, niscaya Anda mendapatkan hidayah tersebut dengan izin Allah SWT. Diatara usaha itu adalah berdo'a agar mendapat hidayah, memilih kawan yang shalihah, selalu membaca, mempelajari dan merenungkan Kitab Allah, mengikuti majelis dzikir dan ceramah agama dan lainnya.

4.Takut tidak laku nikah
Syubhat ini dibisikkan oleh setan dalam jiwa karena perasaan bahwa para pemuda tidak akan mau memutuskan untuk menikah kecuali jika dia telah melihat badan, rambut, kulit, kecantikan dan perhiasan sang gadis. Meskipun kecantikan merupakan salah satu sebab paling pokok dalam pernikahan, tetapi ia bukan satu-satunya sebab dinikahinya wanita.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: "Wanita itu dinikahi karena empat hal; yaitu karena harta, keturunan, kecantikan dan agamanya. Dapatkanlah wanita yg berpegang teguh dengan agama,(jika tidak) niscaya kedua tanganmu berlumur debu". (HR. Al Bukhari, kitaabun nikah,9/115).

5. Ia masih belum Dewasa
Sesungguhnya para wali, baik ayah atau ibu yang mencegah anak puterinya berhijab, dengan dalih karena masih belum dewasa, mereka mempunyai tanggung jawab yang besar dihadapan Allah SWT pada hari Kiamat. Karena menurut syariat ketika seorang gadis mendapatkan Haidh, seketika itu pula ia wajib untuk berhijab.

6. Orang tuaku dan suamiku melarang berhijab
Dasar permasalahan ini adalah bahwa ketaatan kepada Allah SWT harus didahulukan daripada keta’atan kepada mahluk siapa pun dia. Seperti dalam hadits shahih disebutkan:

"sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam kebaikan."(HR. Al Bukhari dan Muslim). Dan sabda Rasul dalam hadist lainnya: "Dan tidak boleh ta'at kepada mahluk dengan mendurhakai (bermaksiat) kepada Al-Khaliq." (HR. Imam Ahmad, hadits ini shahih).

Maka dari itu wahai ukhti yang belum berhijab, semoga tulisan ini mejadi pembuka hati yang terkunci, menggetarkan perasaan yg tertidur, sehingga bisa mengembalikan segenap akhwat yang belum menta’ati perintah berhijab, kepada fitrah yang telah diperintahkan Allah SWT.

(Dikutip dari buku terjemahan yg berjudul asli Ila Ukhti Ghairil Muhajjabah Mal Maani'u Minal Hijab? oleh Syaikh Abdul Hamid Al Bilaly).

Wallahu A’lam.

Hj. Dewi Setiani
Penulis berdomisili di Jogjakarta.

Selengkapnya...

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

ShoutMix


ShoutMix chat widget